SPESIAL: Lima Momen Kontroversial Juventus - FC Internazionale

Written By Unknown on Jumat, 31 Januari 2014 | 17.29

Goal Indonesia menghadirkan lima momen kontroversial yang membuat duel Derby d'Italia semakin panas.


GOALOLEH   AHMAD REZA HIKMATYAR     Ikuti @rezahikmatyar di twitter

Laga panas Derby d'Italia kembali tersaji pada giornata 22 Liga Italia Serie A 2013/14, Senin (3/2) dini hari WIB. Meski performa kedua kubu kini saling bertolak belakang, jangan harap ketimpangan bakal terjadi dalam duel yang bakal digelar di Juventus Stadium itu. Seru, ketat, panas, dan kontroversial pantas jadi gambaran laga klasik Juve - Inter.

Coba menelaah kalimat terakhir, kata "kontroversial" tampaknya jadi kata paling layak untuk kita sematkan menyambut duel klub yang sama-sama terletak di sebelah barat laut Italia ini. Bagaimana tidak, ada banyak kejadian sepanjang sejarah pertemuan kedua tim yang bisa membawa kita ke aspek lain di luar ranah olahraga.

Dimulai dari gol-gol kontroversial yang terjadi di beberapa laga, kisruh transfer pemain, hingga kasus CalciopoliTak heran, segala kontroversi yang tersaji dalam pertandingan ini sering jadi bahan adu debat politik antar partai oposisi yang berasal dari Turin kontra kelompok politik wilayah Milan dan sekitarnya.

Berdasar segelintir fakta itulah, untuk menyambut Derby d'Italia Goal Indonesia coba menghadirkan lima momen kontroversial yang membuat atmosfer laga semakin panas. Mari simak ulasannya!

1. DERBY D'ITALIA 1960/61

Bentrok Juve - Inter di giornata 28 Serie A 1960/61, disebut-sebut sebagai awal mula permusuhan nyata kedua kubu. Inter yang bertandang ke Turin kala itu hanya terpaut empat poin saja dari Juve yang jadi pemuncak klasemen. Kemenangan bagi I Nerazurri tentu bakal membuat persaingan scudetto semakin krusial.

Tak pelak, antusiasme melanda publik Italia hingga mereka berbondong-bondong datang ke Stadion. Sayang, stadion Juve yang kala itu hanya berkapasitas lima ribu orang, tak mampu menampung kelebihan tifosi yang hadir. Imbasnya, para tifosi memenuhi venue pertandingan dalam arti sebenarnya! Ya, selain merembes hingga ke pinggir lapangan, beberapa dari mereka bahkan duduk di bench pemain.

Melihat situasi yang tak kondusif, FIGC lantas memberikan kemenangan gratis untuk Inter. Namun kubu tuan rumah tak menerima keputusan tersebut begitu saja. Mereka kemudian mengajukan banding, hingga otoritas tertinggi sepakbola Italia itu memutuskan untuk mengadakan pertandingan ulang pada 10 Juni 1961. 

Satu keputusan kontroversial, mengingat ketua FIGC saat itu adalah Umberto Agnelli, yang juga menjabat sebagai presiden Juve. Inter ngambek, presiden klub Angelo Morratti dan pelatih Helenio Herrera pun memutuskan untuk menurunkan para pemain junior di laga ulangan tersebut. Alhasil, Juve melumat Inter dengan skor telak 9-1, di mana Omar Sivori mencetak enam gol.

Bisa ditebak, Juve akhirnya keluar sebagai peraih scudetto. Inter kemudian melakukan pembalasan dua musim berikutnya. Mereka mengalahkan Juve di kandang maupun tandang, dan merebut gelar scudetto.

Berselang lama namun kontroversi terus berlanjut, tepatnya pada giornata 31 Serie A 1997/98. Hingga giornata 30, Inter secara meyakinkan terus menempel ketat Juve yang jadi pemuncak klasemen, dengan berjarak satu poin saja. Tak heran, jika Derby d'Italia pada pekan ke-31 ini jadi penentu perebutan gelar juara.

Duel yang berlangsung di stadion Delle Alpi itu berlangsung seru nan ketat. Beberapa peluang emas mampu dihasilkan oleh bintang kedua tim saat itu, yakni Alessandro Del Piero dari Juve dan Ronaldo Luiz Nazario de Lima di kubu Inter.

Sial bagi Inter, petaka mendatangi mereka di menit keenam. Ronaldo yang melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti tuan rumah, secara brutal ditubruk bek Juve, Mark Iuliano, sesaat sebelum melepaskan tembakan. Pelanggaran?! Tidak! Wasit kala itu, Piero Ceccarini, tak menggubris protes para punggawa La Beneamata. 

Setengah jam kemudian, Ceccarini malah memberikan penalti untuk La Fidanzata d'Italia setelah Taribo West melakukan pelanggaran pada Del Piero. King Alex sukses mengeksekusinya, Juve akhirnya menang 1-0 dan akhirnya keluar sebagai kampiun Serie A di akhir musim.

Belakangan, Ceccarini menyesali keputusannya. "Saya melihat pertandingan ulang melalui video sehari setelahnya. Saya akui bahwa saya telah membuat kesalahan," aku Ceccarini seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.

"Bagaimana pun saya seharusnya menghadiahi Inter tendangan penalti. Saya tak ingin bersikap arogan, tapi hal itu jadi noda dalam karier saya. Saya terus membiarkan pertandingan berlangsung dan 30 menit kemudian saya menghadiahi Juventus sebuah penalti," sesal pria 60 tahun tersebut.

Tragedi Calciopoli 2006, jadi puncak kebencian anatar kedua tim sekaligus para tifosi mereka. Bagaimana tidak, FIGC memutuskan untuk mencabut dua scudetto Juve di musim 2004/05 dan 2005/06 akibat pengaturan skor. Parahnya, scudetto musim 2004/05 secara cuma-cuma diberikan otoritas tertinggi sepakbola Italia itu untuk Inter.

Juve jelas amat marah dengan keputusan itu. Mereka merasa perjuangan selama 38 gionarta dalam satu musim, hanyalah untuk satu klub bernama Inter.

Skandal mulai terkuak tatkala penyelidikan jaksa pada sebuah agensi terkenal Italia, yakni GEA World. Dalam penelusurannya, sang jaksa menemukan percakapan telepon yang dilakukan dua petinggi La Vecchia Signora, yakni Luciano Moggi dan Antonio Giraudo, dengan beberapa pejabat Negeri Pizza terkait penunjukan wasit.

Hal itu semakin diperparah saat gelandang Inter kala itu, Luis Figo, memergoki Moggi berada di ruang wasit pada jeda babak Inter kontra Juve di giornata 25 Serie A 2005/06.

Pada akhirnya FIGC menghukum beberapa klub, Juve jadi yang terberat. Selain pencabutan dua scudetti, La Vecchia Omcidi juga harus turun ke Serie B untuk kali pertama. Selain itu, mereka juga dihukum pengurangan sembilan poin di awal musim.

Direktur olahraga klub, Luciano Moggi, yang jadi dalang utama dijatuhi hukuman seumur hidup tak boleh berkecimpung di dunia sepakbola Italia.

Kasus calciopoli masih terus berlanjut, karena beberapa waktu terakhir Juve mengajukan banding pada mahkamah tertinggi olahraga. Andrea Agnelli mengaku tak akan berhenti berjuang mengembalikan nama baik klub pimpinannya, sekaligus menguak kebenaran.

4. JUVENTUS - INTER 2009/10

Duel Juve - Inter di Olimpico Turin pada giornata 15 Serie A 2009/10, mungkin jadi laga terpanas di atas lapangan dalam arti sebenarnya. Jelang laga digelar, bus pemain Inter dilempari telur busuk dan benda-benda lainnya oleh para Juventini. 

Emosi yang campur aduk jelas dibawa para punggawa Si Ular kala tampil di atas lapangan. Hal itu terbukti, pertandingan kemudian diwarnai cekcok mulut dan fisik diantara punggawa kedua tim. Sorotan utama ada pada perselisihan Gianluigi Buffon dan Thiago Motta.

Wasit pertandingan saat itu, Massimiliano Saccani, sampai harus mengeluarkan tujuh kartu kuning dan sebuah kartu merah dalam laga keras ini.

Empat kartu kuning untuk empat punggawa tuan rumah, dan tiga untuk tim tamu. Kartu merah jadi hadiah 'khusus' untuk Felipe Melo dalam laga ini. Di lain pihak pelatih La Beneamata kala itu, Jose Mourinho, menerima usiran wasit karena protes kerasnya dan harus menyaksikan laga dari tribun penonton.

Duel klasik itu pun akhirnya berakhir untuk kemenangan tuan rumah, lewat skor tipis 2-1. Gogol-gol Juve dicetak oleh Giorgio Chielllini dan Claudio Marchisio. Sementara Inter membalas melalui striker anyar mereka di musim itu, Samuel Eto'o.

5. BARTER GAGAL VUCINIC - GUARIN

Ini dia kontroversi paling anyar sekaligus pemanas Derby d'Italia yang segera berlangsung, Senin (3/2) dini hari WIB. Apalagi kalau bukan rencana barter mengejutkan antara Juve dan Inter, yang meilbatkan Mirko Vucinic dengan gelandang kecintaan publik Giuseppe Meazza, Fredy Guarin.

Sebelum berita merebak, negosiasi kedua tim untuk pertukaran ini berlangsung lancar tanpa hambatan. Namun pasca terkuaknya kabar tersebut, Interisti langsung bereaksi. Mereka menolak keras kedatangan Vucinic dan kepergian Guarin.

"Kebijakan klub macam apa yang melemahkan skuat yang sudah terbatas untuk memperkuat rival? Guarin ke Juve tidak dapat diterima!

"Pemain muda dengan teknik tinggi untuk pemain tua? Semua ini membuat kami bingung..." demikian kutipan pesan para petinggi Curva Nord.

Manajemen La Beneamata kemudian bertindak, mereka lantas membatalkan rencana pertukaran itu di detik terakhir. Keputusan tersebut tentu membuat kubu Juventus dan Guarin berang.

Melalui beberapa petingginya, macam Beppe Marotta dan Andrea Agnelli, Si Nyonya Tua menyebut manajemen Inter tak tahu arti profesionalisme. Sementara Guarin, melalui agennya, mengaku jika dirinya seperti dipermainkan Inter, setelah sebelumnya ia digagalkan hijrah ke Chelsea.



Anda sedang membaca artikel tentang

SPESIAL: Lima Momen Kontroversial Juventus - FC Internazionale

Dengan url

http://bolanasionalitas.blogspot.com/2014/01/spesial-lima-momen-kontroversial.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

SPESIAL: Lima Momen Kontroversial Juventus - FC Internazionale

namun jangan lupa untuk meletakkan link

SPESIAL: Lima Momen Kontroversial Juventus - FC Internazionale

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger