Argentina dan Jerman pernah dua kali secara konsekutif bentrok di panggung final Piala Dunia dalam sejarah, yang melahirkan kisah balas dendam sempurna.


Jerman dan Argentina akan saling "bunuh" untuk berdiri di podium juara Piala Dunia 2014 di Maracana, Senin [12/6] dinihari WIB.
Final ini sejatinya bukanlah sebuah pertandingan baru di belantika sepakbola dunia, karena sejarah pernah mencatat pertemuan raksasa Eropa dan Amerika Latin ini. Dengan kata lain, ini adalah ulangan final untuk ketiga kalinya dalam histori perhelatan empat tahunan itu.
Walau mengusung nama Jerman Barat di dua final sebelumnya, namun Tim Tanggo dan Der Panser dianggap telah membangun rivalitas tersendiri di ajang Piala Dunia, dan partai puncak besok di Brasil berpeluang menorehkan tinta sejarah anyar bagi era Jerman baru.
Di final edisi 1986 di Meksiko, utusan Amerika Selatan ini berjaya dengan Maradona menjadi aktor sentral yang membuat dunia memujanya. Jerman Barat tertinggal dua gol di awal babak kedua sebelum tim yang diarsiteki Franz Beckenbauer mengejar balik menjadi 2-2 via torehan dari Karl-Heinz Rummennigge dan Rudi Voller dengan waktu kurang dari sepuluh menit lagi.
Pertandingan seperti bakal berlanjut ke extra-time, tapi momen brilian membuat mata publik Jerman terbelalak ketika Maradona mengkreasi gol kemenangan. El Diego memainkan umpan tembusan nan jenius kepada Jorge Burruchaga yang lantas menggiringnya ke dekat gawang dan menaklukkan kiper Schumaker untuk membuat kedudukan jadi 3-2 di pengujung laga. Ini merupakan kekalahan di final Piala Dunia yang kedua kalinya secara berturut-turut bagi Jerman Barat, sementara bagi Argentina ini adalah trofi terakhir Piala Dunia yang mereka rasakan.
Empat tahun berselang, kedua tim ini ditakdirkan untuk bentrok kembali. Spesialnya, keduanya dipersatukan lagi di partai puncak. Giliran Jerman Barat, yang berhasil melaju ke final untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, digdaya dengan melakukan revans terhadap Argentina - laga yang dianggap sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah Piala Dunia karena kering gol. Setelah era tembok Berlin berakhir, die Mannschaft memainkan laga ini untuk terakhir kalinya dengan nama Jerman Barat.
Penggawa Argentina Pedro Monzon menjadi orang pertama yang menerima kartu merah dalam sejarah final Piala Dunia setelah melanggar Jurgen Klinsmann di sebuah laga yang benar-benar jauh dari tontonan berkualitas. Pecahnya kebuntuan baru terjadi lima menit sebelum laga rampung ketika Rudi Voller dijatuhkan di box terlarang dan bek Andreas Brehme sukses mengonversi tendangan penalti.
Momen penting ini sudah cukup bagi kapten Lothar Matthaus untuk menganjung trofi Piala Dunia yang sekaligus menjadi kemenangan terakhir mereka di final ajang empat tahunan.
Siklus keunggulan Jerman berlanjut di dua edisi Piala Dunia terakhir. Dengan era Jerman baru, mereka mampu menekuk Argentina di tanah sendiri lewat adu penalti [2006] dan menghantam lawan yang sama 4-0 di Afrika Selatan [2010]. Masing-masing laga ini terjadi di babak gugur.
Namun jika menyertakan rekor pertemuan juga dengan nama Jerman Barat, secara keseluruhan kedua tim sudah 15 kali berjumpa, di mana Argentina memegang keunggulan dengan meraih sembilan kemenangan berbanding enam kemenangan bagi Der Panser. Masing-masing kubu sanggup mengepak 28 gol.
Perjalanan Jerman menapaki babak puncak di Piala Dunia edisi sekarang terbilang tidak mengalami hambatan berarti. Di laga pembuka, anak-anak Joachim Low sudah menunjukkan kelayakan disebut favorit juara dengan menghajar Portugal empat gol tanpa balas. Hasil seri 2-2 dengan Ghana dijawab dengan kemenangan 1-0 atas Amerika Serikat untuk membuat mereka keluar sebagai juara grup.
Di fase knock-out pertama, mereka harus susah payah mengalahkan Aljazair 2-1 hingga babak extra-time. Termasuk saat mereka harus berjuang keras menyingkirkan Prancis 1-0 di perempat-final sebelum Jerman mengamuk hebat dengan meluluhlantakkan Brasil secara mencengangkan, 7-1, di semi-final.
Sementara Argentina - kecuali kemenangan dalam adu penalti kontra Belanda di semi-final - melewati semua laga Piala Dunia 2014 dengan kemenangan. Bosnia-Herzegovina dipukul 2-1, Iran ditekuk 1-0, Nigeria dibuat tersungkur 3-2 sebelum anak-anak Alejandro Sabella mengamankan kemenangan masing-masing 1-0 di laga kontra Swiss dan Belgia di babak gugur.
Anda sedang membaca artikel tentang
HEAD-TO-HEAD: Jerman-Argentina, Memori Balas Dendam Final
Dengan url
http://bolanasionalitas.blogspot.com/2014/07/head-to-head-jerman-argentina-memori.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
HEAD-TO-HEAD: Jerman-Argentina, Memori Balas Dendam Final
namun jangan lupa untuk meletakkan link
HEAD-TO-HEAD: Jerman-Argentina, Memori Balas Dendam Final
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar