ANALISIS: Membongkar Kekuatan AS Roma

Written By Unknown on Senin, 29 September 2014 | 17.29

Apakah yang menjadi kekuatan dari AS Roma di musim ini? Mengapa mereka sebegitu tangguhnya? Goal Indonesia berusaha menganalisis tim besutan Rudi Garcia tersebut.


GOALOLEH   TAUFIK BAGUS

AS Roma sempat berada di zona berbahaya tengah minggu lalu. Bagaimana tidak, menghadapi Parma di Ennio Tardini, tim ibukota itu nyaris gagal meraih angka penuh.

Tapi ditegaskan Rudi Garcia, sama sekali tak ada kekhawatiran AS Roma bakal gagal meraih angka maksimal.

Keyakinan pelatih AS Roma itu beralasan. Dirinya memiliki segudang pemain yang bisa menjadi pembeda. Di Tardini, pemain tersebut adalah Miralem Pjanic.

"Bagaimana kami mengatasi situasi itu [masih imbang 1-1 hingga menit 87 melawan Parma]? Kami berikan bola kepada Pjanic dan menyaksikan dirinya mencetak gol yang jenius," kata Rudi Garcia seusai laga.

Tapi, juga ditegaskan Rudi Garcia, bukan hanya pemain tertentu saja yang bisa menjadi pahlawan.

"Seorang pelatih yang bagus adalah menunjukkan kepada pemain bahwa setiap dari mereka juga bisa menjadi brilian," jelas Rudi Garcia.

"Semua pemain penting dan dengan sejumlah masalah cedera, saya seakan diberi tahu bahwa saya memiliki banyak pemain yang bisa diandalkan."

Ya, bisa dikatakan itulah kekuatan AS Roma di musim ini, bahkan sejak musim lalu. Semua pemain memiliki kemampuan mengisi satu sama lain dan menutupi setiap kekurangan yang ada.

Tengok saja lini per lini skuat AS Roma di musim ini, dimulai dari pertahanan. Ditinggal bek tangguh mereka Mehdi Benatia ke Bayern Munich, Rudi Garcia dengan mudahnya mempertahankan kualitas pertahanan timnya dengan memaksimalkan potensi skuat yang ada.

Banyak rotasi dilakukan Rudi Garcia, bahkan bisa dikatakan tak ada komposisi yang pasti di sektor belakang. Dari lima partai terakhir, termasuk di Liga Champions, hampir semuanya dirotasi.

Di laga melawan Empoli, Garcia percaya kepada Douglas Maicon, Leandro Castan, Kostas Manolas, dan Ashley Cole. Di minggu berikutnya, melawan CSKA Moskwa, hanya Maicon dan Manolas yang dipertahankan, sementara Castan dan Cole digantikan Davide Astori dan Vasilis Torosidis. Berhadapan dengan Cagliari, Maicon masih bertahan, sementara Mapou Yanga-Mbiwa berduet dengan Manolas dengan Cole melengkapi posisi empat bek.

Bagaimana dengan laga melawan Parma? Torosidis kembali bermain, pun demikian dengan Manolas, Yanga-Mbiwa dan satu nama baru di sektor belakang, Jose Holebas. Dan di akhir minggu lalu, Maicon, Manolas, Yanga-Mbiwa dan Cole dapat jatah bermain.

Hebatnya, meski banyak rotasi dilakukan, hampir tak terlihat penurunan kualitas dalam pertahanan. Setelah Juventus, Roma menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit, yaitu baru kemasukan satu gol hingga giornata kelima.

Tapi kunci permainan AS Roma ala Rudi Garcia bukan terletak di sektor belakang. Kunci efektivitas menyerang dan bertahan terletak di sektor tengah, dengan tiga jangkar memegang kendali mutlak dalam urusan memainkan bola, menjaga ritme permainan, mengatur tempo dan mematikan lawan lewat tendangan atau sekadar umpan terukur.

Ketiga pemain itu adalah Miralem Pjanic, Radja Nainggolan dan Seydou Keita. Jangan lupakan juga peran Daniele De Rossi, yang bila saja tidak cedera, mungkin AS Roma menunjukkan dominasi yang jauh lebih kentara. Lihat saja bagaimana trio ini bermain.

Di laga melawan Empoli, De Rossi dan Nainggolan berperan sebagai penyeimbang, dengan Pjanic memberikan getaran di sektor depan. Peran tersebut juga dijalankan dengan baik oleh Keita, ketika menggantikan De Rossi di Liga Champions melawan CSKA.

Bagaimana bila Pjanic tak bermain? De Rossi pun ikut maju membantu lini depan sebagai penyuplai bola dari sektor tengah. Peran itu dijalankannya dengan baik saat meladeni Cagliari. Singkatnya, empat pemain ini saling menutupi kekurangan masing-masing, tapi juga memasukkan kelebihan mereka untuk mengangkat tim. Empat pemain untuk tiga posisi gelandang sentral sepertinya sudah cukup memadai.

Bagaimana bila Kevin Strootman pulih? Sepertinya tak akan membuat skuat AS Roma terganggu, bahkan bisa sebaliknya, meningkat dengan luar biasa.

KOMPOSISI TERBAIK AS ROMA

Tapi, bagaimanapun kualitas lini belakang dan tengah, penentu hasil laga tetap ada di kaki para pemain depan. Dalam hal ini, ada sejumlah pemain yang menjadi andalan Rudi Garcia.

Mattia Destro, Francesco Totti, Adam Ljajic, Gervinho, Alessandro Florenzi dan Juan Iturbe. Ya, enam pemain ini, yang bila dalam kondisi terbaik mereka, bisa sangat mematikan bagi lawan. Keenamnya bergantian menjebol lawan. Khusus buat Totti, pemain veteran Roma itu lebih bertugas sebagai penyuplai bagi juniornya untuk mencetak gol. Sejauh ini sistem tersebut bekerja dengan baik. Buktinya, lima gol berhasil disarangkan ke gawang satu tim di Liga Champions, sementara sembilan gol lain dicetak di gawang rival di kancah domestik Serie A. Untuk tim yang baru menjalani enam partai, catatan ini merupakan hal yang bagus.

Rudi Garcia terbukti berhasil memadupadankan semua karakter yang dimiliki menjadi satu unit yang bersatu, bergerak bersama ke arah yang mereka bidik bersama. Dan Rudi Garcia pantas mendapat kredit atas hal ini. Meski bermasalah dengan cedera pemain, tapi Rudi Garcia selalu siap menghadapi tantangan dan mengambil keberuntungan mereka sendiri di lapangan.

Dan dengan Manchester City dan Juventus menjadi lawan berikutnya, sepertinya tinggal melihat apakah AS Roma akan dinaungi dewi fortuna atau tidak dalam urusan meraih angka, mengingat terkait performa dan penampilan serta mental dan semangat bermain, mereka sudah memilikinya.


Anda sedang membaca artikel tentang

ANALISIS: Membongkar Kekuatan AS Roma

Dengan url

http://bolanasionalitas.blogspot.com/2014/09/analisis-membongkar-kekuatan-as-roma.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

ANALISIS: Membongkar Kekuatan AS Roma

namun jangan lupa untuk meletakkan link

ANALISIS: Membongkar Kekuatan AS Roma

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger